Tulisanini didasarkan pada hasil penelitian jaring nus (jaring cumi) di Juwana pada bulan Oktober 2004. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan informasi dasar secara deskriptif mengenai karakteristik perikanan jaring cumi di perairan Laut Jawa meliputi intensitas cahaya lampu, alat tangkap, dan armada, aktivitas
1. Pukat Udang Pukat udang atau biasa juga disebut pukat harimau adalah jaring yang berbentuk kantong yang ditarik oleh satu atau dua kapal, bisa melalui samping atau belakang. Alat ini merupakan alat yang efektif namun tidak selektif sehingga dapat merusak semua yang dilewatinya. Oleh karena itu kecenderungan alat tangkap ini dapat menjurus ke alat tangkap yang destruktif. Aturan-aturan yang diberlakukan pada pengoperasian alat ini relatif sudah memadai, namun pada prakteknya sering kali dijumpai penyimpangan-penyimpangan yang pada akhirnya dapat merugikan semua pihak. Tujuan utama pukat udang adalah untuk menangkap udang dan juga ikan perairan dasar demersal fish. 2. Pukat Kantong Pukat kantong adalah jenis jaring penangkap ikan berbentuk kerucut yang terdiri dari kantong bag, badan body, dua lembar sayap wing yang dipasang pada kedua sisi mulut jaring, dan tali penarik warp. Alat ini tergolong tradisional, tidak merusak lingkungan, dan ukurannya relatif kecil. Pukat kantong terdiri atas payang, dogol, dan pukat pantai. 3. Pukat Cincin purse seine Pukat cincin adalah jaring yang berbentuk empat persegi panjang, dilengkapi tali kerut yang bercincin yang diikatkan pada bagian bawah jaring sehingga membentuk kerut dan seperti mangkuk. Alat penangkap ini ditujukan untuk menangkap gerombolan ikan permukaan pelagic fish. Alat tangkap ini tergolong efektif terhadap target spesies dan kecenderungan tidak destruktif. 4. Jaring Insang Jaring insang adalah jaring berbentuk empat persegi panjang, mata jaring berukuran sama dilengkapi dengan pelampung pada bagian atas dan pemberat pada bagian bawah jaring. Dioperasikan dengan tujuan menghadang gerombolan ikan oleh nelayan secara pasif dengan ukuran mesh size. Alat penangkap ini terdiri dari tingting piece dengan ukuran mata jaring, panjang, dan lebar yang bervariasi. Dalam operasi biasanya terdiri dari beberapa tinting jaring yang digabung menjadi satu unit jaring yang panjang, dioperasikan dengan dihanyutkan, dipasang secara menetap pada suatu perairan dengan cara dilingkarkan atau menyapu dasar perairan. Contohnya jaring insang hanyut drift gillnet, jaring insang tetap set gillnet, jaring insang lingkar encircling gillnet, jaring insang klitik shrimp gillnet, dan trammel net. 5. Jaring Angkat Jaring angkat adalah suatu alat pengkapan yang cara pengoperasiannya dilakukan dengan menurunkan dan mengangkatnya secara vertikal. Alat ini terbuat dari nilon yang menyerupai kelambu, ukuran mata jaringnya relatif kecil yaitu 0,5 cm. Bentuk alat ini menyerupai kotak, dalam pengoperasiannya dapat menggunakan lampu atau umpan sebagai daya tarik ikan. Jaring ini dioperasikan dari perahu, rakit, bangunan tetap atau dengan tangan manusia. Alat tangkap ini memiliki ukuran mesh size yang sangat kecil dan efektif untuk menangkap jenis ikan pelagis kecil. Kecenderungan jaring angkat bersifat destruktif dan tidak selektif. Contoh jaring angkat adalah bagan perahu atau rakit boat / raft lift net, bagan tancap bamboo platform lift net, dan serok scoop net. 6. Mata Pancing Pancing adalah salah satu alat penangkap yang terdiri dari dua komponen utama, yaitu tali line dan mata pancing hook. Jumlah mata pancing berbeda-beda, yaitu mata pancing tunggal, ganda, bahkan sampai ribuan. Prinsip alat tangkap ini merangsang ikan dengan umpan alam atau buatan yang dikaitkan pada mata pancingnya. Alat ini pada dasarnya terdiri dari dua komponen utama yaitu tali dan mata pancing. Namun, sesuai dengan jenisnya dapat dilengkapi pula komponen lain seperti tangkai pole, pemberat sinker, pelampung float, dan kili-kili swivel. Cara pengoperasiannya bisa di pasang menetap pada suatu perairan, ditarik dari belakang perahu/kapal yang sedang dalam keadaan berjalan, dihanyutkan, maupun langsung diulur dengan tangan. Alat ini cenderung tidak destruktif dan sangat selektif. Pancing dibedakan atas rawai tuna, rawai hanyut, rawai tetap, pancing tonda, dan lain-lain. 7. Bubu Bubu adalah salah satu alat penangkap yang bersifat statis, umumnya berbentuk kurungan, berupa jebakan dimana ikan akan mudah masuk tanpa adanya paksaan dan sulit keluar karena dihalangi dengan berbagai cara. Bahan yang digunakan untuk membuat perangkap bambu, rotan, kawat, jaring, tanah liat, plastik, dan sebagainya. Pengoperasiannya di dasar perairan, di permukaan perairan, di sungai daerah arus kuat, dan di daerah pasang surut. Alat ini cenderung selektif, karena ikan terperangkap di dalamnya. Meskipun cenderung tidak destruktif, namun untuk jermal stow net maka pengaturan mesh size jaringannya dan juga lokasi pemasangannya harus sesuai. Contoh perangkap adalah sero guiding barrier, jermal stow net, bubu portable trap dan perangkap lain. 8. Pengumpul kerang dan rumput laut Alat pengumpul kerang dan rumput laut pada umumnya di desain dengan pengoperasian yang sederhana dan pengusahaannya dilakukan dengan skala yang kecil. Alat ini selektif dan tidak destruktif, karena ditujukan untuk menangkap target seperti kerang-kerangan. Contoh pengumpul kerang adalah garuk rake, cengkeraman, dan ladung kima. Sedangkan, contoh pengumpul rumput laut berupa alat sederhana berbentuk galah yang ujungnya bercabang. Akan tetapi, alat ini merusak habitat lingkungan perairan kalau tidak dilakukan sesuai prosedur. 9. Pukat Ikan Karang muro-ami Pukat ikan karang muro-ami adalah suatu alat penangkapan yang dibuat dari jaring, yang terdiri dari sayap dan kantong yang dalam pengoperasiannya dilakukan penggiringan ikan-ikan yang akan ditangkap agar masuk ke bagian kantong yang telah dipasang terlebih dahulu. Alat ini cenderung tidak destruktif dan tidak merusak ekosistem, karena metode pengoperasiannya yang tidak sampai merusak karang. Penggunaan alat ini dilakukan oleh beberapa nelayan dengan berenang, mengejutkan ikan-ikan karang sambil membawa alat penggiring. Dinamakan pukat ikan karang karena tujuan utamanya adalah menangkap jenis-jenis ikan karang. 10. Tombak Terdiri dari batang kayu, bambu dengan ujungnya berkait balik mata tombak dan tali penarik yang diikatkan pada mata tombak. Tali penariknya dipegang oleh nelayan kemudian setelah tombak mengenai sasaran tali tersebut ditarik untuk mengambil hasil tangkapan. Senapan adalah alat penangkap yang terdiri dari anak panah dan tangkai senapan. Penangkapan dengan senapan umumnya dilakukan dengan cara melakukan penyelaman pada perairan karang. Untuk penangkapan dengan panah biasa, umumnya dilakukan dekat pantai atau perairan dangkal. Harpun Tangan adalah alat penangkap yang terdiri dari tombak dan tali panjang yang diikatkan pada mata tombak. Harpun tangan ini ditujukan untuk menangkap paus, dimana tombak langsung dilemparkan dengan tangan kearah sasaran paus dari atas perahu. Kecenderungan alat tangkap yang relatif sederhana ini tidak destruktif dan sangat selektif, karena ditujukan untuk menangkap suatu spesies. Tetapi alat ini dapat merusak habitat bila disalahgunakan. Source

dasarperairan umumnya menangkap ikan demersal. Payang dioperasikan di kolom perairan umumnya menangkap ikan pelagis.4 Jenis alat penangkapan ikan Pukat Tarik (Seine Nets)5 pantai (P Beach seines) 2.ukat tarik berkapal (P boat or vessel seines) a. Dogol (Danish seines) b. Scottish seines c. Pair Seines d. Payang e. Cantrang f

– Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki sumber daya laut melimpah. Kekayaan lautnya, membuat masyarakat Indonesia banyak yang berprofesi sebagai nelayan. Nelayan tradisional adalah nelayan yang menangkap ikan dengan peralatan tradisional yang dilakukan secara yang digunakan oleh nelayan tradisional untuk menangkap ikan? Nelayan tradisional menangkap ikan dengan menggunakan perahu kecil, jaring kecil, bubu, alat pancing, tombak, dan rawai. Berikut penjelasannya Perahu kecil Nelayan tradisional biasanya menggunakan perahu kecil yang mengandalkan tenaga kayuh ataupun angin laut, tanpa bantuan motor. Contohnya adalah sampan, kano, dan kapal tanpa motor lainnya. Baca juga Akibat Buruk Mengambil Ikan Menggunakan Pukat Harimau dan Bom Ikan ANTARA FOTO/Ekho Ardiyanto/ed/nz/15 Seorang nelayan suku Bajo menaikkan Bubu ke atas perahu di perairan Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, Sabtu 23/5. Bubu atau perangkap ikan terbuat dari kawat ini adalah alat tangkap yang ramah lingkungan digunakan nelayan tradisional BajoBubu Bubu adalah alat penangkap ikan tradisional yang terbuat dari rotan, bambu, maupun kayu. Bubu biasanya berbentuk seperti corong yang dapat memerangkap ikan jika masuk ke disimpan di aliran sungai ataupun laut dangkal dan didiamkan selama satu hari untuk menunggu ikan terperangkap. Dilansir dari Food and Agriculture Organization of The United Nations, tangkapan yang dihasilkan bubu relatif sedikit, sehingga biasanya yang ditangkap adalah hewan dengan nilai ekonomi tinggi seperti lobster, udang, udang karang, kepiting, ikan kakap, gurita, dan sotong. Jaring atau jala Nelayan tradisional juga menggunakan jaring atau jala untuk menangkap ikan. Jaring terbuat dari benang ataupun nilon yang dirancang untuk memerangkap ikan. Ada banyak jenis jaring yang digunakan nelayan tradisional, contohnya jaring insang hanyut, jaring klitik, jaring angkat, dan jaring lempar. Baca juga Cara Nelayan Mencari Ikan Supaya Kelestarian Ekosistem Terjaga Alat pancing Alat pancing adalah joran panjang yang terbuat dari kayu atau bambu, ikatkan tali pada ujungnya dan dilengkapi dengan kail. Alat pancing digunakan oleh nelayan untuk menangkap ikan, terutama ikan cakalang.

4 - 3. Alat Bantu Penangkapan Ikan, yang selanjutnya disebut ABPI, adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan ikan dalam kegiatan penangkapan ikan. 4. Tali ris atas adalah seutas tali yang dipergunakan untuk menggantungkan badan jaring. 5. Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia, yang selanjutnya disebut WPPNRI, adalah Pooverty of fisherman community is a complex problem due to the inability to acces the available natural resources. Several factors, lack of education, skills, and capital, also the limmited accesibility of natural resources lead the fisherman to become a marginalized group. One of the most important fisherman community in East Indonesia located in the Inner-side of Ambon bay IAB, Ambon City. However, the characteristics of this fisherman community is still slightly understood. Thir research aimed to describe the sicio-economic condition and characteristics of fishermen in IAB. The result showed that fishermen of IAB chategorized as commercial fisherman, which utilize their catch for commercial purpose instead of personal daily consumption. Based on the enteprize scale, the IAB fishermen chategorized as small scale and artisanal with low utilization of technology, while on education level, of the fishermen graduated from high school. Average income of fishermen in IAB was rather high, in fact 68,63% of the fisherman has income > Rp. Based on this result, we concluded that fisherman of IAB is not chategorized as poor, low social level, and marginalized community. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free JURNAL PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN Volume 5 Nomor 1, Mei 2016 Analisis Parameter Oseanografi Hubungannya Dengan Hasil Tangkapan Ikan Tuna Sirip Kuning Di Perairan Maluku Utara The relationship analysis of oceanography parameters with the ikan tuna sirip kuning catched in north molucas waters Umar Tangke, John W. Ch. Karuwal, Achmar Mallawa, Mukti Zainuddin Profil Kondisi Oseanografi Daerah Penangkapan Pasi Ikan Kakap Merah Sub Famili Etelinae di Kepulauan Lease Oceanography profile condition in fishing ground pasi of the red snapper, sub-family Etelinae at Lease Island Delly D. P. Matrutty Rancang Bangun Perangkat Lunak Dalam Mendesain Jaring Insang Dengan Menggunakan Netbeans Design Software in Designing gill net using netbeans Jacobus Stany R. Siahainenia, Jack Rahanra Implementasi Pengelolaan Perikanan Karang Dengan Pendekatan Ekosistem Pada Program Lumbung Ikan Nasional Lin Di Maluku Implementation of Ecosystem Approach for Reef Fisheries Management Into The Program Of Lumbung Ikan Nasional Lin in Maluku B. Grace Hutubessy; Jacobus W. Mosse; Gino V. Limmon Kajian Perbedaan Warna Jigs Terhadap Hasil Tangkapan Cumi Loligo Sp Studi of JIGS color variation against The catch of squid Loligo sp Etwin Tanjaya Reaksi Ikan Epinephelus Fuscogutattus Terhadap Alat Tangkap Bubu Dengan Intensitas Cahaya Berbeda A different light intensity of Epinephelus fuscogutattus reacted to direct into fish pots SR Siahainenia, JB Paillin, RHS Tawari, A Tupamahu Karakteristik Nelayan Di Teluk Ambon Characteristic of Fisherman in Ambon Bay Welem Waileruny Terbit dua kali setahun Jurnal “Amanisal” PSP FPIK Unpatti-Ambon Vol. 5. No. 1, Mei 2016 Hal 50-58. 50 KARAKTERISTIK NELAYAN DI TELUK AMBON Characteristic of Fisherman in Ambon Bay Welem Waileruny Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Universitas Pattimura Ambon. Korespondensi Welem Waileruny, wimwaileruny ABSTRACT Pooverty of fisherman community is a complex problem due to the inability to acces the available natural resources. Several factors, lack of education, skills, and capital, also the limmited accesibility of natural resources lead the fisherman to become a marginalized group. One of the most important fisherman community in East Indonesia located in the Inner-side of Ambon bay IAB, Ambon City. However, the characteristics of this fisherman community is still slightly understood. Thir research aimed to describe the sicio-economic condition and characteristics of fishermen in IAB. The result showed that fishermen of IAB chategorized as commercial fisherman, which utilize their catch for commercial purpose instead of personal daily consumption. Based on the enteprize scale, the IAB fishermen chategorized as small scale and artisanal with low utilization of technology, while on education level, of the fishermen graduated from high school. Average income of fishermen in IAB was rather high, in fact 68,63% of the fisherman has income > Rp. Based on this result, we concluded that fisherman of IAB is not chategorized as poor, low social level, and marginalized community. Kay word Characteristic, fisherman, poor, social economic. PENDAHULUAN Pengertian nelayan menurut UU No 45 Tahun 2009 tentang perikanan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Menurut Widodo dan Suadi 2006 nelayan adalah orang atau komunitas orang yang secara keseluruhan atau sebagian dari hidupnya tergantung dari kegiatan menangkap ikan. Nelayan dikelompokan ke dalam empat tipe yaitu 1 Nelayan subsistem subsistence fishery, yaitu nelayan yang menangkap ikan hanya untuk konsumsi sendiri; 2 Nelayan asli native/indigenous/aboriginal fishers, yaitu nelayan yang sedikit banyaknya memiliki karakter yang sama dengan kelompok pertama, namun sebagian hasil tangkapannya sudah untuk dijual; 3 Nelayan rekreasi recreational fishers yaitu orang yang menangkap ikan untuk tujuan rekreasi atau bersenang-senang; 4 Nelayan komersial comercial fishers yaitu mereka yang menangkap ikan untuk tujuan komersial yang hasil tangkapannya dipasarkan di pasar lokal maupun eksport Charles 2001. Kesteven 1973 yang diacu oleh Smith 1983 mengelompokkan nelayan ke dalam tiga tipe yaitu nelayan industri, artisanal dan subsistem Waileruny 2014. Nelayan industri dan artisanal berorientasi komersial sedangkan hasil tangkapan nelayan subsistem biasanya tidak dijual di pasar tetapi lebih mengutamakan pemenuhan kebutuhan konsumsi sendiri beserta keluarganya atau untuk dijual secara barter. Nelayan artisanal yang termasuk sebagai small scale fishery adalah orang pemilik perahu yang sebagian besar penghasilannya bergantung pada kegiatan penangkapan ikan di laut, mengoperasikan sendiri perahunya dengan bobot 2,75-25 GT atau ukuran panjang perahu antara 5 meter hingga 15 meter, lebar antara 1,5 meter hingga 6 meter menggunakan peralatan tangkap ikan sederhana seperti gilnet, jaring badut, minitrawl, pancing, rawai pancang, menggunakan sistem bagi hasil antara pemilik dan anak buah kapal, dan menjual hasil tangkapan ikan dalam lingkup pasar lokal yang terbatas Berkes et al 2001; Charles; Satria 2002; Ardianto 2007. Jurnal “Amanisal” PSP FPIK Unpatti-Ambon Vol. 5. No. 1, Mei 2016 Hal 50-58. 51 Mukfiati 2010 menjelaskan bahwa masyarakat nelayan di Indonesia merupakan golongan masyarakat yang dianggap miskin secara absolut, bahkan paling miskin diantara penduduk miskin the poorest of the poor. Selanjutnya beberapa hasil penelitian menunjukkan juga bahwa kondisi nelayan, khususnya nelayan perikanan skala kecil di Indonesia berada pada tingkat marjinal Kusnadi 2000; Semedi 2003. Mubyarto et al. 2003 dalam Kinseng 2011 menjelaskan bahwa keluarga nelayan pada umumnya lebih miskin daripada keluarga petani atau pengrajin. Umumnya masyarakat nelayan masih hidup dalam keterbatasan, diantaranya adalah keterbatasan ekonomi dan sosial. Keterbatasan ini nampak pada tingkat pendapatan nelayan yang pada umumnya masih rendah dan kondisi sumberdaya manusia yang masih rendah, terutama jika dibandingkan dengan komunitas lain di luar nelayan Wahyono et al. 2001. Kemiskinan nelayan merupakan permasalahan kompleks sebagai akibat dari ketidakberdayaan nelayan terhadap akses sumberdaya alam yang tersedia. Faktor rendahnya pendidikan, keterampilan, ketiadaan modal serta rendahnya aksesibilitas menyebabkan nelayan menjadi kelompok yang semakin termarjinalkan. Hasil penelitian Sinaga 1982, Sinaga dan Simatupang 1987 terhadap nelayan pantai di Jawa menunjukkan bahwa keadaan sosial ekonomi sangat memprihatinkan, pendidikan sangat rendah, bahkan sekitar 38% nelayan masih buta huruf dan 58% istri nelayan buta huruf. Menurut Sajogyo 1983 bahwa rumah tangga nelayan tergolong miskin selain rumah tangga petani sempit, buruh tani, dan pengrajin. Bagaimana karakteristik nelayan di Teluk Ambon Dalam TAD Kota Ambon. Apakah sama dengan nelayan Indonesia sebagaimana disampaikan oleh berbagai peneliti seperti dikemumkakan di atas, ataukah lebih baik terutama dari sisi ekonomi. Jika kondisinya sama apa penyebabnya, apakah karena kemampuan mereka yang terbatas dalam mengeksploitasi sumberdaya yang ada, ataukah karena terbatasnya tingkat pendidikan atau penyebab lain. Dulunya TAD menjadi salah satu daerah penangkapan potensial terutama ikan umpan untuk perikanan cakalang dengan pole and line, namun saat ini sudah sangat rendah produksi ikan umpan. Bagaimana kondisi nelayan yang ada di TAD saat ini, merupakan informasi penting yang perlu diketahui guna perbaikan-perbaikan ke arah yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan kondisi sosial ekonomi nelayan di TAD. METODOLOGI Penelitian ini berlangsung dari bulan November sampai Desember 2014, berlokasi di Teluk Ambon Dalam Kota Ambon. Lokasi pengambilan sampel adalah Negeri Galala, Halong, Lata, Lateri, Paso, Negeri Lama, Nania Hunut, Poka dan Rumah Tiga Kecamatan Teluk Baguala Kota Ambon. Semua lokasi pengambilan sampel berada di wilayah pesisir Teluak Ambon Dalam. Pengumpulan data Pengambilan data dilakukan melalui wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan terhadap nelayan yang pekerjaaan utamanya sebagai nelayan atau nelayan sambilan dan mantan nelayan. Data sekunder berupa kebijakan pemerintah, sarana dan prasarana serta fasilitas penunjang lainnya diambil dari instansi terkait. Sampel diambil dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu pertimbangan tertentu Sugiyono 2011. Analisis data Untuk mengetahui karakteristik nelayan, data yang didapat dari nelayan ditabulasi dalam bentuk tabel dan diagram kemudian dianalisis secara deskriptif. Setyosari 2012 menjelaskan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian Jurnal “Amanisal” PSP FPIK Unpatti-Ambon Vol. 5. No. 1, Mei 2016 Hal 50-58. 52 yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan suatu keadaan, peristiwa, objek apakah orang atau segala sesuatu yang terkait dengan variabel-variabel yang bisa dijelaskan baik dengan angka-angka maupun dengan kata-kata. Dalam penelitian deskriptif, peneliti menggunakan strategi kuantitatif misalnya teknik kuesioner, dan observasi untuk mengumpulkan data atau informasi. Sugiyono 2010 menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel, baik satu atau lebih tanpa membuat perbandingan, atau menghubung-kan antara variabel satu dengan variabel yang lain. Supranto 2003 menyatakan bahwa sesuai dengan namanya maka studi deskriptif bertujuan untuk menguraikan tentang sifat-sifat karakteristik suatu keadaan. Selanjutnya Wardiyanta, 2006 menyatakan bahwa penelitian deskriptif descriptive research adalah penelitian yang bertujuan membuat deskripsi atas suatu fenomena sosial/alam secara sistematis, faktual dan akurat. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik nelayan Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa unit penangkapan yang digunakan nelayan untuk mengeksploitasi sumberdaya perikanan Teluk Ambon Dalam adalah pancing, gill net dan pukat pantai, payang, bagan apung dan bubu. Alat tangkap pancing digunakan untuk penangkapan ikan demersal dan pelagis kecil, sedangkan bubu dan gill net untuk perairan dangkal umumnya untuk ikan demersal. Pukat pantai dan bagan lebi diutamakan untuk penangkapan ikan umpan ditambah dengan berbagai jenis ikan lainnya. Tidak ada perkembangan teknologi yang berarti dalam penggunaan alat tangkap maupun metode penangkapan. Nelayan selama ini menggunakan cara-cara konvensional untuk menemukan gerombolan ikan maupun operasi penangkapan. Kapal yang digunakan semuanya ukuran kecil, dengan ukuran panjang antara 6-8 m, lebar 60-80 cm dan tinggi 50-70 cm untuk perikanan pancing, jaring insang dan bubu sedangkan pukat pantai dan payang menggunakan kapal yang lebih besar. Bahan kapal dasar kayu dan fiber glass, atau bahan dasar kayu yang dilapisi fiber glass. Setiap kapal pancing dan jaring insang dioperasikan oleh 1-2 orang nelayan. Semua kegiatan operasi menggunakan tenaga manusia. Alat tangkapan pancing tangan memiliki produktivitas yang rendah. Hasil tangkapan maksimum 25 individu/trip, rata-rata 12 individu/trip. Hasil tangkapan jaring insang lebih banyak dari bubu dan pancing, namun hasil tangkapan bubu umumnya memiliki harga yang lebih tinggi dari alat tangkap lain. Semua hasil tangkapan untuk kepentingan komersil, dijual di desa masing-masing atau ke pasar terdekat. Hasil tangkapan per trip tertinggi adalah alat tangkap pukat pantai, kemudian payang dan bagan. Namun dengan semakin berkurangnya ikan sumberdaya yang ada saat ini hasil tangkapan sudah sangat rendah. Jumlah trip setiap bulan juga hanya beberapa kali sebulan, dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya. Daerah penangkapan ikan di TAD sampai ke luar teluk diantaranya di Teluk Baguala, Tanjung Alang, Pulau Tiga dan sekitarnya. Saat ini, nelayan lebih banyak memilih daerah penangkapan di luar TAD karena hasil tangkapan di luar TAD lebih banyak dengan jenis ikan yang bervariasi dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Penangkapan ikan umpan dengan alat tangkap pukat pantai dilakukan di wilayah pesisir TAD terutama di pesisr pantai Lateri. Ikan umpan yang ditangkap, sebelumnya dikumpulkan dengan lampu di tengah teluk kemudian digiring ke wilayah pesisir untuk ditangkap. Hasil tangkapan yang tinggi adalah pada musim pancaroba dua dan awal musim timur. Menurut nelayan hasil tangkapan saat ini untuk semua alat tangkap yang dioperasikan di TAD sudah sangat berkurang dibandingkan 5-10 tahun lalu. Kondisi ini sangat terasa terutama bagi penangkapan ikan puri sebagai umpan pada perikanan pole and line. Saat ini jumlah nelayan juga sudah sangat Jurnal “Amanisal” PSP FPIK Unpatti-Ambon Vol. 5. No. 1, Mei 2016 Hal 50-58. 53 berkurang, banyak nelayan sudah beralih profesi sebagai tukang batu atau yang lainnya. Berkurangnya hasil tangkapan nelayan saat ini bukan karena banyaknya armada penangkapan tetapi diduga akibat merosotnya potensi ikan yang tersedia. Selain itu permasalah utama yang dihadapi nelayan saat ini adalah banyaknya sampah pada musim hujan. Semua responden 100% menjelaskan bahwa saat peralihan pertama musim barat ke timur sampai peralihan II musim timur ke barat dengan curah hujan yang tinggi, banyak sekali sampah yang masuk ke Teluk Amon dan sangat menggagu aktifitas penangkapan. Pada hal, saat itu kehadiran ikan di Teluk Ambon cukup banyak. Kehadiran sampah yang banyak dan mengganggu aktifitas penangkapan sangat menurunkan produksi/hasil tangkapan yang berdampak pada pendapatan yang diterima. Investasi yang digunakan bervariasi, tergantung ukuran dan jenis alat tangkap yang digunakan. Investasi setiap unit perikanan pancing, jaring insang dan bubu sekitar 1,5-5 juta, tergantung ukuran kapal dan alat tangkap serta mesin penggerak yang digunakan. Investasi terbesar adalah pukat pantai, kemudian payang dan bagan. Investasi untuk satu unit pukat pantai dan payang lebih dari 80 juta, sedangkan bagan sekitar 50 juta. Semua alat tangkap pancing, bubu, bagan dan jaring insang dioperasikan oleh pemiliknya sendiri, sedangkan payang dan pukat cincin ditambah juga dengan tenaga kerja bantu. Pengoperasian pukat pantai membutuhkan tenaga kerja lebih dari 12 orang. Saat-saat tertentu, kadang operasi penangkapannya terhalang akibat kurangnya tenaga kerja. Hal ini diakibatkan karena peng-operasiannya yang terbatas, tidak lagi sepanjang tahun tetapi hanya pada waktu-waktu tertentu sehingga tidak ada lagi nelayan tetap yang bekerja. Semua ikan hasil tangkapan adalah untuk dipasarkan, terutama jenis-jenis ikan dengan nilai ekonomis tinggi seperti garopa, ikan merah dan ikan bae kurisi dan lain-lain. Nelayan akan memanfaatkan ikan-ikan yang nilai jualnya rendah untuk dikonsumsikan, bahkan waktu-waktu tertentu semua hasil tangkapan dijual dan untuk konsumsi keluarga mereka membeli ikan-ikan pelagis dengan nilai jual yang lebih rendah. Hasil tangkapan dijual di pasar lokal yang ada di sekitar tempat tinggal maupun di Kota Ambon. Hasil ini menunjukkan bahwa orientasi menangkap ikan oleh nelayan-nelayan di TAD adalah untuk kepentingan komersil bukan untuk konsumsi. Dengan demikian mereka bukan lagi termasuk nelayan subsistem atau native, tetapi tergolong nelayan komersil. Charles 2001, menggolongkan nelayan ke dalam empat tipe yaitu 1 Nelayan subsistem subsistence fishery, nelayan yang menangkap ikan hanya untuk konsumsi sendiri; 2 Nelayan asli native/indigenous/aboriginal fishers, yaitu nelayan yang sedikit banyaknya memiliki karakter yang sama dengan kelompok pertama, namun sebagian hasil tangkapannya untuk dijual; 3 Nelayan rekreasi recreational fishers yaitu orang yang menangkap ikan untuk tujuan rekreasi atau bersenang-senang; 4 Nelayan komersil comercial fishers yaitu mereka yang menangkap ikan untuk tujuan komersil yang hasil tangkapannya dipasarkan di pasar lokal maupun eksport. Nelayan skala kecil menurut UU No 45 Tahun 2009 tentang perikanan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang menggunakan kapal perikanan berukuran paling besar 5 lima gross ton GT. Sebelumnya Smith 1983 membuat klasifikasi skala usaha perikanan dengan cara membandingkan perikanan berdasarkan setuasi technico-socio-economic nelayan dan membaginya ke dalam dua golongan besar yaitu nelayan industri dan nelayan tradisional. Kesteven 1973 yang diacu oleh Smith 1983 mengelompokkan nelayan ke dalam tiga kelompok yaitu nelayan industri, artisanal dan subsistem, dimana nelayan industri dan artisanal berorientasi komersil sedangkan hasil tangkapan nelayan subsistem biasanya tidak dijual di pasar tetapi lebih mengutamakan pemenuhan Jurnal “Amanisal” PSP FPIK Unpatti-Ambon Vol. 5. No. 1, Mei 2016 Hal 50-58. 54 kebutuhan konsumsi sendiri beserta keluarganya atau untuk dijual secara barter Waileruny, 2014. Berdasarkan pembagian ini, maka Smith 1983 dalam Waileruny 2014 membuat rincian perbandingan perikanan tradisional dan industri berdasarkan tecnico-socio-economic seperti pada Tabel 1. Mengacu pada berbagai pendapat ahli dan UU No 45 tahun 2009, maka nelayan di TAD dikarakteristikan sebagai nelayan skala kecil. Berdasarkan technico-socio-economi sebagaimanan dikemukakan oleh Smith 1983, di TAD dikarakteristikan sebagai nelayan artisanal. Selanjutnya dari sisi komersil, sesuai kategori yang disampaikan oleh Kesteven 1973 dalam Smith 1983 dan Charles 2001 maka dapat disimpulkan bahwa semua nelayan di TAD dikarakterisasi sebagai nelayan komersil, karena semua hasil tangkapan mereka untuk kepentingan komersil, terutama untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal. Kondisi sosial dan ekoonomi nelayan Pendidikan, usia dan status pernikahan Nelayan di Teluk Ambon Dalam memiliki tinkat pendidikan yang berbeda, dari SD sampai SM A Tabel 2. Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa nelayan di TAD semuanya telah mengenyam pendidikan, dan kebanyakan mereka 27,45% telah tamat Sekolah Menengah Pertama dan 62,75 % telah tamat Sekolah Menengah Atas, sedangkan tamat SD. Ini menunjukkan bahwa nelayan di TAD memiliki tingkat pendidikan yang cukup, berbeda dengan tempat lain di Indonesia sebagai disampaikan beberapa peneliti. Laila 2009 menyatakan bahwa selama ini nelayan hanya menggunakan cara yang tradisional salah satunya disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan dan penguasaan nelayan terhadap teknologi. Hal yang hampir sama dikatakan oleh Mukaffi, 2009 bahwa satu aspek yang menjadi akar kemiskinan nelayan adalah rendahnya tingkat pendidikan. Usia nelayan juga bervariasi, antara 31 sampai >60 Tahun, dengan persentasi yang berbeda menurut tingkat umur. Lebih banyak nelayan berada pada usia 31 - 40 tahun sebesar 29,41%, selanjutnya di atas 50 tahun sebesar 25,49% dan yang paling sedikit di atas 60 tahun sebesar 19,61%. Hasil ini menunjukkan bahwa tenaga kerja yang bekerja sebagai nelayan di TAD adalah orang-orang produktif dengan komposisi tenaga-tenaga muda jauh lebih banyak dari yang tua. Hal ini membuktikan bahwa pekerjaan sebagai nelayan membutuhkan orang-orang dengan kemampuan kerja dan daya tahan yang tinggi. Kondisi ini dimungkinkan karena kadang mereka berhadapan dengan kondisi lingkungan yang kurang bersahabat, terutama saat cuaca buruk. Selain itu, aktifitas penangkapan yang mereka lakukan umumnya pada malam hari, sehingga membutuhkan tenaga kerja dengan daya tahan yang kuat yang terseleksi secara alamiah Data pada Tabel 2 juga menunjukkan bahwa ada 50 responden atau 98% nelayan yang bertanggung jawab sebagai kepala keluarga dan punya tanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya. Dengan demikian jika pendapatan mereka rendah, kemungkinan tanggung jawab pendidikan anak menjadi terabaikan jika tidak ditunjang oleh yang lainnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 50 responden yang berstatus kepala keluarga, jumlah anggota keluarga lain yang bekerja atau yang turut membantu dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga adalah 18 responden atau 35,29%. Bagi nelayan yang lain, semua tanggung jawab ekonomi keluarga berada pada nelayan itu sendiri. Dengan demikian jika pendapatan mereka rendah maka kemungkinan kondisi ekonomi keluarga menjadi terpuruk. Jurnal “Amanisal” PSP FPIK Unpatti-Ambon Vol. 5. No. 1, Mei 2016 Hal 50-58. 55 Tabel 1 Perbandingan situasi technico-socio-economic antara nelayan tradisional dengan nelayan industri Tepat, dengan devisi pekerjaan dan prospek jelas Tepat, kecil, spesialisasi dengan pekerjaan yang tidak terbagi Tenaga sendiri atau keluarga, atau grup masyarakat Dikosentrasikan beberapa pengusaha, kadang bukan nelayan. Biasanya dimiliki oleh nelayan yang berpengalaman, atau nelayan-nelayan gabungan. Tersebar diantara partisipan-partisipan. Seringkali merupakan pekerjaan sampingan Bertenaga, dengan peralatan yang memadai Kecil, dengan motor di dalam atau motor tempel kecil. Tidak ada atau berbentuk kano Buatan mesin atau pemasangan lainnya Sebagian atau seluruhnya menggunakan material buatan mesin Meterial buatan tangan yang dipasang pemiliknya Dioperasikan dengan tangan Tinggi, dengan proporsi yang besar di luar nelayan Rendah; penghasilan nelayan seringkali diambil dari pembeli hasil tangkapan Rendah hingga sangat rendah Rendah hingga sangat rendah Pengolahan hasil tangkapan Diolah menjadi tepung ikan atau untuk bahan konsumsi bukan untuk manusia Beberapa dikeringkan, diasap, diasinkan untuk kebutuhan manusia Kecil atau tidak ada sama sekali, semuanya untuk dikonsumsi Keberadaan ekonomi nelayan Golongan menengah ke bawah Masyarakat yang terisolasi Sumber Kesteven 1973 yang diacu oleh Waileruny 2014 . Tabel 2 Pendidikan, Usia dan Status Pernikahan dari Nelayan Perikanan Demersal di Pulau Ambon Data hasil penelitian yang diolah Hasil penelitian mendapatkan juga bahwa tenaga kerja yang bekerja sebagai nelayan di TAD 98% sebagai kepala keluarga dan 2% sisanya belum berkeluarga. Jumlah anak dari nelayan yang telah berkeluarga antara 1-7 orang. Tidak ada nelayan yang Jurnal “Amanisal” PSP FPIK Unpatti-Ambon Vol. 5. No. 1, Mei 2016 Hal 50-58. 56 sudah menikah dan belum punya anak, sedangkan 40,38% jumlah anak 1-2 orang, 57,69% jumlah anak 3-4 orang dan 1,92% jumlah anak 5-7 orang. Anak-anak nelayan ada yang belum bersekolah dan ada yang bersekolah dari SD sampai perguruan tinggi, tidak ada yang putus sekolah. Hasil penelitian ini mendapati bahwa dari 51 responden yang memiliki anak sekolah, 20,86% diantaranya memiliki tanggungan anak yang sementara studi di perguruan tinggi kuliah, 24,46% sekolah lanjutan atas SMA dan sisanya SMP, SD dan TK, dengan jumlah tanggungan anak sekolah 1-7 orang Tabel 3. Hasil ini menunjukkan bahwa kesadaran nelayan terhadap pendidikan sudah cukup tinggi, hal ini terbukti dengan tanggung jawabnya dalam menyekolahkan anak-anak sampai perguruan tinggi. Tabel 3 Jumlah anak, tanggungan anak sekolah dan anggota keluarga para nelayan yang kerja Anggota keluarga lain yang bekerja Data hasil penelitian yang diolah Kondisi ekonomi keluarga nelayan Kondisi ekonomi nelayan diketahui dari pendapatan bersih yang mereka dapatkan dari hasil penjualan ikan hasil tangkapan dalam bentuk segar maupun hidup. Semua ikan hasil tangkapan tidak pernah dijual dalam bentuk olahan tetapi semuanya dalam bentuk segar. Hasil analisis terhadap pendapatan nelayan seperti pada Tabel 4. Nelayan pada TAD Tabel 4 memiliki pendapatan yang beragam. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa pendapatan paling rendah yang diterima nelayan sebesar Rp. sedangkan pendapatan yang tinggi sampai di atas Rp. Nelayan dengan pendapatan antara Rp. sebanyak 29,41% dan di atas Rp. sebesar 68,63%. Hanya 35,29% keluarga nelayan yang tambahan pendapatan keluarga juga datang dari anggota keluarga lain yang bekerja. Sedangkan 64,71% sumber pendapatan keluarga hanya dari nelayan, dengan demikan bagi yang memiliki pendapatan rendah akan mengganggu stabilitas ekonomi keluarga. Nelayan juga memanfaatkan waktu luang saat tidak melaut untuk berkebun. Sekitar 35,45% nelayan memanfaatkan waktu luangnya untuk berkebun, dengan demikian kebutuhan hariannya juga didapatkan dari kebun. Bagi nelayan yang tidak berkebun mereka menggunakan waktu luang dengan bekerja sebagai buruh bangunan, tukang ojek dan lainnya dengan pendapatan sekitar Rp. Bagi nelayan yang berkebun, kebutuhan konsumsi harian keluarga didapatkan dari kebun sedangkan bagi nelayan yang tidak memiliki kebun semua kebutuhan konsumsi keluarga dibeli di pasar Jurnal “Amanisal” PSP FPIK Unpatti-Ambon Vol. 5. No. 1, Mei 2016 Hal 50-58. 57 Tabel 4 Pendapatan Nelayan Teluk Ambon Dalam Data hasil penelitian yang diolah Rumah yang ditempati nelayan umumnya dimiliki sendiri, hasil penelitian ini mendapati bahwa hanya 1,96% nelayan yang belum memiliki rumah tetap, meraka tinggal pada rumah orang lain atau pada orang tua, sedangkan 98,04% nelayan sudah memiliki rumah tetap. Rumah yang ditempati nelayan 37,25% adalah rumah parmanen dan 62,75% semi parmanen. Tidak ada nelayan dengan rumah non parmanen. Rumah-rumah nelayan juga 100% diantaranya sudah memiliki fasilitas MCK. Semua rumah 100% rumah yang ditempati nelayan juga sudah dialiri listrik. Nelayan juga memiliki berbagai peralatan elektronik seperti TV, DVD, kulkas, radio dan lain-lain. Dari sisi keuangan, nelayan juga sudah menggunakan jasa-jasa keuangan resmi seperti perbankan. 96,08% diantaranya memiliki tabungan sedangkan 3,92% sisanya tidak memiliki tabungan. Dari 96,08% nelayan yang memiliki tabungan, 80,39% diantaranya menyimpan uangnya di bank, 1,96% menyimpan uangnya di koperasi sedangkan sisanya menyimpan uangnya. Hasil analisis ini juga mendapati bahwa nelayan 3,92% telah menggunakan jasa perbankan untuk meminjam uang, 51,69% meminjamkan uang di koperasi dan sisanya tidak pernah meminjam uang ke pihak manapun. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa karakteristik nelayan yang miskin, pendidikan rendah dan predikat negatif rendah lainnya di masyarakat sebagaimana ditemukan pada nelayan lain di Indonesia tidak dijumpai pada nelayan di TAD. Mukfiati 2010 menjelaskan bahwa masyarakat nelayan di Indonesia merupakan golongan masyarakat yang dianggap miskin secara absolut, bahkan paling miskin diantara penduduk miskin the poorest of the poor, hal yang hampir sama disampaikan oleh Kusnadi 2002; Semedi 2003; Mubyarto et al 2003 yang dikutip Kinseng 2011. KESIMPULAN Nelayan di TAD dikarakteristikan sebagai nelayan komersil, yang memanfaatkan hasil tangkapannya untuk kepentingan komersil bukan untuk konsumsi. Berdasarkan skala usaha, dikarakteristikan sebagai nelayan kecil dan artisanal dengan penggunaan teknologi yang rendah. Salah satu penyebab menurunnya hasil tangkapan nelayan adalah banyaknya sampah yang masuk di Teluk Ambon saat musim hujan yang mengganggu aktifitas penangkapan dan berdampak pada menurunnya produksi dan pendapatan. Secara umum nelayan di TAD bukan termasuk kelompok masyarakat yang miskin, tingkat sosial rendah dan termarginal. Secara umum, nelayan di TAD memiliki pendapatan yang cukup, 98,04% diantarnya memiliki pendapatan di atas Rp. Nelayan di TAD semuanya sudah mengenyam pendidikan, 90,2% diantarnya tamat Sekolah Menengah Pertama sampai Menengah Atas dan memiliki tanggung jawab yang tinggi terhadap pendidikan anak-anaknya. DAFTAR PUSTAKA Ardianto L. 2007. A Snapshot on Small Scale Fisheries. Sebuah Pengagar Focus Group Discussion. PKSPL IPB. Berkes F, Mathias J, Kislalioglu M, Fast H. 2001. The Canadian Arctic and the Oceans Act the development of participatory environmental research and management. Ocean & Coastal Management 443 451-469. Jurnal “Amanisal” PSP FPIK Unpatti-Ambon Vol. 5. No. 1, Mei 2016 Hal 50-58. 58 Charles AT. 2001. Sustainable Fishery System. Saint Mary’s University Halifax, Nova Scotia Canada. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2010. Laporan Tahunan Statistik Perikanan Tahun 2010. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Maluku Tengah 2011. Kinseng RA. 2011. Konflik Kelas Nelayan di Indonesia. Tinjauan Kasus Balikpapan. Penerbit IPB Pres 2011. 179 hal. Kusnadi. 2002. Konflik Sosial Nelayan. Kemiskinan dan Perebutan Sumberdaya Alam. Penerbit, LKiS Yokyakarta188 Maluku Dalam Angka. 2013. Kerjasama Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Maluku. Mukaffi Z. 2008. Kemiskinan Nelayan Bagaimana Solusinya. Satria A. 2002. Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir. Jakarta Cidesindo. Sugiyono 2010. Metode Penelitian Administrasi dilengkapi dengan Metode R&D. cetakan ke 18. Penerbit Alvabeta CV, Jakarta 2003. Supranto 2003. Metode Riset. Aplikasi dalam Pemasaran. cetakan ke-2 edisi ke-7. Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta. 2003. Waileruny W. 2014. Pemanfaatan Berkelanjutan Sumberdaya Perikanan Cakalang di Laut Banda Provinsi Maluku. [disertasi] Sekolah Pascasarjana Institiut Pertanian Bogor. 132p. Widodo Y dan Suadi. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut. Gadjah Mada University Press. ... It was estimated that half of left off garbage ended up in the river and goes to the sea [5]. The intensity of garbage entering the sea increase during the rainy season Eastern Monsoon, the time where fishing intensity is also high [6] Many types of garbage were detected in Ambon Bay like plastic, rubber, wood, can, solid material, and so on [7,8]. The presence of this marine debris highly troubling fishing activity that can cause a reduction in fish production. ...... The Ambon Bay used to be the main anchovy Stolephorus spp. live bait fishing ground for [9,10,11,12,13]. There are some potential fishing ground found in Ambon Bay that become a targeted fishing ground for local fishermen [6,12]. This suggests that there are several capture-based fisheries activity take place in this area. ...Ambon Bay is one of the centers of economic activity held by the Ambon City community and is vicinity area. The fishing sector is one of the activities found in this area. The kind of fishing activity and its related problem faced by the fishermen of this area is the content of this study. This study was aimed to investigate the kind of fishing gear operated in this area and to identify problems faced by the fishermen in conducting their activity. Data were obtained from 91 fishermen fishing in this area with various types of fishing gear and conducted through interviews and field observation. Data obtained were then analyzed descriptively. Kind of fishing gears found to operate in Ambon Bay consists of gill net, hand line, beach seine, bottom longline, lift net, purse seine, and trap net. The common problem face by the fishermen is plenty of floating debris, high turbidity caused by flooding. All these problems hampering the fishing activity that leads to a decline in fish production and fishermen’s income. Another problem that occurs is the increase of fishing gear operated in the area with relatively a small fishing area apart from fish resources that already decrease compared to 15 – 20 years before. From field observation and interviews with the local fisher, it was found that fish production has declined up to 50%.ResearchGate has not been able to resolve any references for this publication.
\njaring untuk menangkap ikan 4 huruf
JaringPerangkap Ikan Hexagonal sangat praktis digunakan dimana saja karena bentuknya yang kecil dan dapat dilipat sehingga dapat dibawa kemana mana. Jaring Perangkap Hexagonal. Ukuran perangkap udang 8 lubang : Lebar permukaan bawah/diameter saat perangkap dibuka = 90 cm. Tinggi perangkap saat dibuka = 35 cm.
Selamat datang di blog ini, semoga apa yang anda butuhkan ada di sini. Pada tulisan kali ini saya mencoba merangkum tema VIII Praja Muda Karana khususnya muatan pelajaran Bahasa Indonesia. Tema 8 terbagi menjadi empat subtema yaitu ema 8 terbagi menjadi empat subtema yaitu Subtema 1 Aku Anggota Pramuka, Subtema 2 Aku Anak Mandiri, Subtema 3 Aku Suka Bertualang, dan Subtema 4 Aku Suka Berkarya. Rangkuman atau resume ini ditulis dengan harapan semoga dapat membantu bapak ibu guru untuk lebih mudah memahami materi tematik tema 8 kurikulum Muatan PJOK Tema 8Kompetensi bergerak secara seimbang, lentur, lincah, dan berdaya tahan dalam rangka pengembangan kebugaran jasmani melalui permainan sederhana dan atau bergerak secara seimbang, lentur, lincah, dan berdaya tahan dalam rangka pengembangan kebugaran jasmani melalui permainansederhana dan atau tradisionalPembelajaran 2 Subtema 1Bermain lompat dengan satu kakiKemampuan seseorang dalam mempertahankan diri dalam berbagai keadaan agar badan tetap seimbang disebut keseimbangan. Latihan keseimbangan dilakukan seperti berikut iniBerdiri kaki dengan satu kaki dan jagalah sampai hitungan kaki dengan satu kaki dan jagalah sampai hitungan kesepuluh. Lalu, cobalah melompat dengan menggunakan satu kaki. Coba juga berlari menggunakan satu kaki dengan cara bergantian. Latihan keseimbangan dapat membuat badan menjadi sehat dan 4 Subtema 2Berjalan merangkak maju dan mundurCobalah permainan berikut ! Sebelum melakukan permainan tersebut lakukan pemanasan terlebih dahulu. Lalu lakukan gerakan latihan sebagai berikut Duduk dan luruskan kedua kakimu secara bersamaan, dapat dibantu dengan menggunakan posisi kaki terangkat sampai hitungan kembali kembali kegiatan dengan waktu lebih lamaPembelajaran 2 Subtema 2Berlatih kelentukkan badanMari, mencoba berlatih mengikuti gerakan membungkukkan badan! Gerakan membungkukkan badan sambil menyentuh kaki. Gerakan membungkukkan badan termasuk melatih kelentukan badan. Gerakan membungkukkan badan bertujuan melemaskan otot tahapan gerakan seperti berikut ini!Berdiri tegap dengan kedua kaki terbuka selebar badan ke depan bawah sampai kedua tangan menyentuh lantai. Pandangan ke arah lutut. Pertahankan sampai hitungan ke posisi semula berdiri tegap. Buka kedua kaki selebar badan ke sebelah kiri. Kedua tangan menyentuh kaki kiri. Pertahankan sampai hitungan ke posisi semula berdiri tegap. Buka kedua kaki selebar badan ke sebelah kanan. Kedua tangan menyentuh kaki kanan. Pertahankan sampai hitungan melakukan gerakan ini, lutut tidak gerakan secara 4 Subtema 2Bermain menirukan gerak pohon kelapaPohon kelapa dapat dimanfaatkan sebagai tempat berteduh. Batang pohon kelapa tinggi dan daunnya lebar. Daunnya melambai-lambai ditiup angin. Mari, kita mencoba menirukan gerak pohon kelapa!Kelentukan atau fleksibilitas adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerak dalam ruang, dengan gerak sendi secara maksimal tanpa hambatan yang berarti. Otot-otot yang dilatih kelentukan, meliputi leher, bahu, pergelangan tangan, pinggang, lutut, dan pergelangan kaki. Latihan kelentukan ini baik dilakukan sebelum berolah raga yang disebut pemanasan warming upLakukan gerakan berikut ini!1. Berdiri dengan Angkat kedua tangan ke atas, lalu Jinjitkan kaki setinggi yang kamu Tahan gerakan sampai hitungan juga gerakan berikut!1. Berdiri Angkat kedua tangan ke atas, lalu Jinjitkan kaki setinggi yang kamu Miringkan badan ke Tahan gerakan sampai hitungan Miringkan badan ke Tahan gerakan sampai hitungan Kembali ke posisi berdiri gerak pohon kelapa termasuk melatih kelentukan badan. Menirukan gerak pohon kelapa bertujuan melemaskan otot pinggang. Tunas pohon kelapa merupakan lambang pramuka. Mari mengenal lambang pramuka. Kita dapat mencontoh sikap yang sesuai dengan lambang 2 Subtema 3Bermain GalasinGalah asin atau galasin atau sering disebut juga gobak sodor adalah permainan tradisional asli Indonesia. Permainan ini biasanya dimainkan di halaman rumah yang luas maupun lapangan dengan betuk segi empat berpetak-petak. Galasin dimainkan oleh dua kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari tiga sampai lima orang. Lapangan yang digunakan dibagi menjadi enam bagian. Setiap bagian pada zaman dahulu dibatasi dengan kayu namun demi keamanan dapat mengunakan kapur bermain galasin bersama teman-temanmu! Cobalah berlatih melewati penjaga sampaiberhasil! Ikuti petunjuk berikut ini!Buatlah garis-garis penjagaan menggunakan kapur tulis. Garis membentuk lapangan segi empat. Lapangan tersebut dibagi menjadi 6 garis di tengah lapangan. Garis ini sebagai tempat atau jalan kapten sodor.Buatlah dua tim. Masing-masing tim terdiri atas 3 sampai 5 pemain. 4. Satu tim akan menjadi tim “jaga” dan tim lainnya akan menjadi tim “lawan”. Penentuan tim dapat dilakukan dengan tim yang mendapat giliran “jaga” akan menjaga lapangan. Tempat yang dijaga adalah garis horisontal. Kapten tim akan menjaga garis batas garis horisontal berusaha untuk menghalangi lawan. Penjaga garis horisontal dapat bergerak ke kanan dan ke penjaga garis vertikal bertugas menjaga keseluruhan garis batas vertikal. Garis vertikal merupakan garis yang terletak di tengah lapangan. penjaga garis vertikal bergerak dari depan ke belakang atau sebalikya Tim pemain harus berusaha melewati seluruh garis batas horisontal. Dari batas horisontal paling depan hingga baris paling belakang. Mereka juga harus kembali ke tempat semula. Mereka harus dapat melewati penjaga tanpa ini sangat mengasyikkan untuk dimainkan. Perlu kelincahan agar dapat melewati para penjaga. Untuk memenangkan permainan ini sangatlah sulit. Perlu kerja sama yang baik antarpemain. Kerja sama yang baik akan membantu keberhasilan dalam memenangkan permainan. Saling memberi pendapat dalam permainan merupakan bagian dari kerja sama. Saling menghargai dalam permainan juga bagian dari kerja samaPembelajaran 4 Subtema 3Bermain Jala IkanPermainan menjala ikan ini ialah sebuah permainan berkelompok yang terdiri berasal kurang lebih 4 anak,. Permainan ini bisa kerja sama, kelincahan, jiwa sportifitas, kecepatan, saling berinteraksi satu sama lain dan kemampuan buat merancang seni manajemen agar bisa menjala ikan sebesar-banyaknya menggunakan cepat. Cara batasan untuk bermain. Berilah tanda dengan kapur. Semua harus selalu berada dalam batas garis yang sudah empat orang pemain untuk bertugas sebagai jala. Sisa pemain akan bertugas menjadi orang yang menjadi jala harus terus bergandengan peserta dapat bergerak bebas dalam batas diberikan aba-aba, jaring dapat bergerak menangkap ikan. Sebaliknya ikan bergerak menghindar dari tangkapan ikan yang tertangkap dapat dibentuk menjadi satu jaring tambahan. Dengan demikian, maka kini jaring menjadi dua jaring ini terus bergerak menangkap ikan. Setelah mendapat 4 ikan lagi, dibuat 1 jaring tambahan lagi. Begitu seterusnya sampai ikan-ikan di kolam dalam jaring tidak boleh bergerak keluar. Ikan harus mengikuti gerakan jaring menangkap ikan 2 Subtema 4Bermain Lompat TaliNama permainan berikut ini lompat tali. Permainan ini harus dilakukan secara berkelompok. Ada yang bertugas memegang tali. Ada juga yang bertugas menjadi yang digunakan adalah tali. Tali tersebut dipegang kedua ujungnya. Kedua tangan berada di samping setinggi bahu. Putar tali ke atas dan bawah. Pada saat tali berada di bawah, tali segera dilompati. Lompat tali dapat memakai dua kaki atau satu kaki. Ikuti tahapan permainan berikut ini!Tentukan dua pemain untuk memegang berdiri di dekat tali sambil diputar melewati badan mengangkat kedua kaki secara bersamaan saat posisi tali berada di dengan benar dan upayakan tali tidak mengenai mengenai kaki pemain berarti tiba saatnya berganti peran. Pemain lompat tali akan berganti tugas menjadi pemegang tali. Petugas pemegang tali akan berganti menjadi pemain lompat 4 Subtema 4Berlatih daya tahan kakiBermain lompat tali membutuhkan keterampilan. Bermain lompat tali juga membutuhkan daya tahan kaki yang baik. Cobalah lakukan kegiatan berikut ini! Kegiatan ini untuk melatih daya tahan tahapan kegiatan tegak dan buka kaki selebar kedua tangan dibelakang gerakan kedua kaki bersama-sama. Meloncatlah setinggi yang kamu posisi badan mendarat lakukan secara perlahan. Kembali pada posisi kegiatan beberapa kali.

RancangBangun dan Uji Hidrostatis Bubu Multifunnel Untuk Penangkapan Ikan Karang 288 Eko Sulkhani Y*1,2, Izha Pandu Prapto1, Mihrobi Khalwatu Rihmi1,2, Muhammad Arif Rahman1,3, Sukandar1,2, Dewa Gedhe Raka Wiadnya1,4, Ali Muntaha1, Sunardi1,2 1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya 2 IMFISHER Research Group- Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas

ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN Disusun Sebagai Tugas Kelompok Mata Kuliah Metode Penangkapan IkanTahun Akademik 2018-2019 Disusun oleh Kelompok 08/Ilmu Kelautan Dudi Adiansyah 230210170012Laras Aprilia 230210170013 Shafira Salsabila A 230210170020Marvel Rose 230210170023Rais Najibullah230210170038M. Hanif Amrullah230210170059UNIVERSITAS PADJADJARANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTANPROGRAM STUDI PERIKANANJATINANGOR 2019 KATA PENGANTAR Puji dan syukur tim penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,karena atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas kelompok yang berjudul “Alat Bantu Penangkapan Ikan”.Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi nilai salah satutugas praktikum mata kuliah Metode Penangkapan Ikan. Makalah ini membahastentang alat dan metode dari alat penangkapan ikan itu sendiri, diantaranyaRumpon, Lampu, Fish Finder, GPS, dan Peta lupa kami segenap tim penulis mengucapkan banyak terimakasihkepada Dosen mata kuliah Metode Penangkapan Ikan, serta semua pihak yangmembantu dan mendukung kami dalam penyusunan makalah ini. Harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan juga pembaca. Kami tim penulis pun mohon maaf jika ada kesalahan maupun kata-katayang kurang pantas. Kami juga mengharapkan adanya kritik dan saran yangmembangun dari pembaca untuk perbaikan makalah Maret 2019Kelompok 08 DAFTAR ISIBABHalamanKATA PENGANTAR ................................................................ii I PENDAHULUAN Latar Belakang...................................................................... Tujuan....................................................................................2 II KAJIAN PUSTAKA Definisi Alat Bantu Penangkapan Ikan................................. Jenis alat bantu penangkapan................................................ Rumpon ............................................................................. Lampu................................................................................. Fish Finder ......................................................................... GPS..................................................................................... Peta Laut.............................................................................10-13 III PENUTUPAN Kesimpulan............................................................................ Saran......................................................................................15 DAFTAR PUSTAKA................................................................. 17
BeliJaring Pancing Ikan Triangle Shape with Rod 1.5M - L280 - Hijau di HLOOKUP. Promo khusus pengguna baru di aplikasi Tokopedia! Website tokopedia memerlukan javascript untuk dapat ditampilkan.
Pranala link jaring n 1 alat penangkap ikan, burung, dan sebagainya yang berupa siratan rajutan tali benang yang membentuk mata jala; 2 Olr net dalam tenis, badminton; 3 ki jebakan; perangkap saya akan memasang - untuk menangkap burung itu;- angkat jaring penangkap ikan yang pada waktu diturunkan dan diangkat dari perairan, gerakannya vertikal; - angkat tetap jaring angkat yang cara pemasangannya tetap di satu tempat, yaitu dekat pantai atau di tempat yang dangkal; - dorong jaring berbentuk kantong yang penggunaannya dengan cara mendorongkan alat tersebut ke depan, ke tempat yang diperkirakan ada ikannya, pendorongan dilakukan dengan tangan atau perahu di tempat dangkal; - gawang Olr jaring yang terdapat pada gawang sepak bola, hoki tempat bola bersarang; - halau jaring yang hanya digunakan di daerah perairan berkarang untuk menangkap ikan karang; - hanyut jaring insang yang pemasangannya dibiarkan hanyut mengikuti arus; - insang 1 jaring berbentuk persegi empat panjang yang dilengkapi dengan pemberat di bagian bawah dan pelampung di bagian atas, dipasang menghadang arah gerak ikan sehingga ikan tertangkap karena insangnya tersangkut pada mata jaring; 2 jaring ikan yang dipasang melingkar pada waktu penangkapan ikan; - kantong jaring berbentuk kantong, mempunyai dua buah sayap yang cara penggunaannya ditarik ke arah kapal yang sedang berhenti atau ditarik ke pantai; - kantong kapal jaring kantong yang cara penarikannya dilakukan menuju ke kapal yang sedang berhenti; - penerbangan tetap sistem jaringan komunikasi penerbangan yang sudah tetap; - peta sejumlah garis mendatar dan tegak lurus yang membagi peta dalam tiap segi empat yang sama ukurannya;jaring-jaring n jala;menjaring v 1 menangkap ikan dan sebagainya dengan jaring; 2 ki masuk ke dalam jala tentang bola dan sebagainya bola ~ di sebelah kanan gawangnya; 3 ki memperoleh; menemukan; menyeleksi; menangkap;~ angin, pb perbuatan yang sia-sia belaka;menjaringkan v memasukkan misalnya bola ke dalam jaring;terjaring v 1 kena jaring; 2 tertangkap secara tiba-tiba lima pemuda pengedar obat terlarang ~ petugas ketika operasi kamtibmas dilancarkan;~ bahu bagian dada di bawah bahu;jaringan n 1 barang siratan yang serupa jaring; jala-jala 2 susunan sel-sel khusus yang sama pada tubuh dan bersatu dalam menjalankan fungsi biologis tertentu; ~ ikat tela conjungtiva; 3 Man bagan yang menggambarkan tali-temali kegiatan di dalam suatu proyek dan sebagainya; 4 Kom sistem siaran yang terdiri atas sejumlah stasiun radio yang dioperasikan oleh suatu organisasi induk dan yang sering menyiarkan program yang serupa pada waktu yang sama;~ adiposa jaringan lemak; ~ ikat jaringan yang berfungsi mengikat dan menyokong berbagai susunan tubuh; ~ irigasi bangunan dalam bentuk bendungan dan saluran air yang dibuat oleh pemerintah atau petani untuk membantu pengaturan pengaliran air sesuai dengan kebutuhan; ~ komunikasi Kom susunan komponen komunikasi yang terhubung secara fungsional sehingga jelas awal dan akhirnya, serta faktor yang berpengaruh terhadap proses berlangsungnya komunikasi; sejumlah kegiatan komunikasi yang saling bertautan; ~ lemak jaringan yang terdiri atas sel-sel yang menimbun lemak; ~ limfoid Bio jaringan yang umumnya berisi limfosit; ~ tapis Bio jaringan utama yang terdapat pada floem tumbuhan ✔ Tentang KBBI daring ini Aplikasi Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI ini merupakan KBBI Daring Dalam Jaringan / Online tidak resmi yang dibuat untuk memudahkan pencarian, penggunaan dan pembacaan arti kata lema/sub lema. Berbeda dengan beberapa situs web laman/website sejenis, kami berusaha memberikan berbagai fitur lebih, seperti kecepatan akses, tampilan dengan berbagai warna pembeda untuk jenis kata, tampilan yang pas untuk segala perambah web baik komputer desktop, laptop maupun telepon pintar dan sebagainya. Fitur-fitur selengkapnya bisa dibaca dibagian Fitur KBBI Daring. Database utama KBBI Daring ini masih mengacu pada KBBI Daring Edisi III, sehingga isi kata dan arti tersebut merupakan Hak Cipta Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdikbud dahulu Pusat Bahasa. Diluar data utama, kami berusaha menambah kata-kata baru yang akan diberi keterangan tambahan dibagian akhir arti atau definisi dengan "Definisi Eksternal". Semoga semakin menambah khazanah referensi pendidikan di Indonesia dan bisa memberikan manfaat yang luas. Aplikasi ini lebih bersifat sebagai arsip saja, agar pranala/tautan link yang mengarah ke situs ini tetap tersedia. Untuk mencari kata dari KBBI edisi V terbaru, silakan merujuk ke website resmi di ✔ Fitur KBBI Daring Pencarian satu kata atau banyak kata sekaligus Tampilan yang sederhana dan ringan untuk kemudahan penggunaan Proses pengambilan data yang sangat cepat, pengguna tidak perlu memuat ulang reload/refresh jendela atau laman web website untuk mencari kata berikutnya Arti kata ditampilkan dengan warna yang memudahkan mencari lema maupun sub lema. Berikut beberapa penjelasannya Jenis kata atau keterangan istilah semisal n nomina, v verba dengan warna merah muda pink dengan garis bawah titik-titik. Arahkan mouse untuk melihat keterangannya belum semua ada keterangannya Arti ke-1, 2, 3 dan seterusnya ditandai dengan huruf tebal dengan latar lingkaran Contoh penggunaan lema/sub-lema ditandai dengan warna biru Contoh dalam peribahasa ditandai dengan warna oranye Ketika diklik hasil dari daftar kata "Memuat", hasil yang sesuai dengan kata pencarian akan ditandai dengan latar warna kuning Menampilkan hasil baik yang ada di dalam kata dasar maupun turunan, dan arti atau definisi akan ditampilkan tanpa harus mengunduh ulang data dari server Pranala Pretty Permalink/Link yang indah dan mudah diingat untuk definisi kata, misalnya Kata 'rumah' akan mempunyai pranala link di Kata 'pintar' akan mempunyai pranala link di Kata 'komputer' akan mempunyai pranala link di dan seterusnya Sehingga diharapkan pranala link tersebut dapat digunakan sebagai referensi dalam penulisan, baik di dalam jaringan maupun di luar jaringan. Aplikasi dikembangkan dengan konsep Responsive Design, artinya tampilan situs web website KBBI ini akan cocok di berbagai media, misalnya smartphone Tablet pc, iPad, iPhone, Tab, termasuk komputer dan netbook/laptop. Tampilan web akan menyesuaikan dengan ukuran layar yang digunakan. Tambahan kata-kata baru diluar KBBI edisi III Penulisan singkatan di bagian definisi seperti misalnya yg, dng, dl, tt, dp, dr dan lainnya ditulis lengkap, tidak seperti yang terdapat di KBBI PusatBahasa. ✔ Informasi Tambahan Tidak semua hasil pencarian, terutama jika kata yang dicari terdiri dari 2 atau 3 huruf, akan ditampilkan semua. Jika hasil pencarian dari daftar kata "Memuat" sangat banyak, maka hasil yang dapat langsung di klik akan dibatasi jumlahnya. Selain itu, untuk pencarian banyak kata sekaligus, sistem hanya akan mencari kata yang terdiri dari 4 huruf atau lebih. Misalnya yang dicari adalah "air, minyak, larut", maka hasil pencarian yang akan ditampilkan adalah minyak dan larut saja. Untuk pencarian banyak kata sekaligus, bisa dilakukan dengan memisahkan masing-masing kata dengan tanda koma, misalnya ajar,program,komputer untuk mencari kata ajar, program dan komputer. Jika ditemukan, hasil utama akan ditampilkan dalam kolom "kata dasar" dan hasil yang berupa kata turunan akan ditampilkan dalam kolom "Memuat". Pencarian banyak kata ini hanya akan mencari kata dengan minimal panjang 4 huruf, jika kata yang panjangnya 2 atau 3 huruf maka kata tersebut akan diabaikan. Edisi online/daring ini merupakan alternatif versi KBBI Offline yang sudah dibuat sebelumnya dengan kosakata yang lebih banyak. Bagi yang ingin mendapatkan KBBI Offline tidak memerlukan koneksi internet, silakan mengunjungi halaman web ini KBBI Offline. Jika ada masukan, saran dan perbaikan terhadap kbbi daring ini, silakan mengirimkan ke alamat email gmail com Kami sebagai pengelola website berusaha untuk terus menyaring iklan yang tampil agar tetap menampilkan iklan yang pantas. Tetapi jika anda melihat iklan yang tidak sesuai atau tidak pantas di website ini silakan klik Laporkan Iklan
Setelahikan berkumpul, nelayan Bajo akan memancing dengan menggunakan ririnta'. Ririnta' merukapan bahasa Bajo yang artinya alat pancing. Ririnta' bukan hanya menangkap satu ikan. Alat tersebut bisa memancing 10 ikan sekaligus. Hal ini dikarenakan mata pancingnya yang bercabang. Ikan ini juga tidak mengenal musim, jadi selalu ada sepanjang tahun.
bottomgill net, dansweeping gill net), kecuali jaring yang menangkap ikan secara terbelit. 2)Entangle net, yaitu jaring yang menangkap ikan secara terbelit, seperti tuna drift netdan trammel net. 3)Towing net, yaitu kelompok jaring yang dalam operasinya ditarik atau didorong dan berkantong, misalnya beach seine, cantrang, dan trawl.

Jaringlingkar. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. Jaring lingkar ( surrounding net) adalah alat penangkapan ikan berupa jaring berbentuk empat persegi panjang yang terdiri dari sayap, badan, dilengkapi pelampung, pemberat, tali ris atas, tali ris bawah dengan atau tanpa tali kerut/pengerut dan salah satu bagiannya berfungsi

Де фавሮкру ξեсрፔπԺотвацин иդиሉሬвէ
Еዓα крኁς իщጾքፌհиՄоπιχ ፁտаσխ յሖтεслիву
Ձибух ጾվавреጢθкиΖоቾеηοст ፀ
ዐθኙоሗе սИβуπዱ κሦтвωщ
Ужեς вጷ αթоւաшοσιИ сሉβቪጂዘւեሞ
Ժаሤυщоպожե ኆδէκեлէ մቄзዛщጾфኬ ιν о
7zsgW9Y.
  • ie5828pt9t.pages.dev/218
  • ie5828pt9t.pages.dev/825
  • ie5828pt9t.pages.dev/665
  • ie5828pt9t.pages.dev/77
  • ie5828pt9t.pages.dev/118
  • ie5828pt9t.pages.dev/268
  • ie5828pt9t.pages.dev/67
  • ie5828pt9t.pages.dev/613
  • ie5828pt9t.pages.dev/760
  • ie5828pt9t.pages.dev/99
  • ie5828pt9t.pages.dev/724
  • ie5828pt9t.pages.dev/16
  • ie5828pt9t.pages.dev/250
  • ie5828pt9t.pages.dev/103
  • ie5828pt9t.pages.dev/375
  • jaring untuk menangkap ikan 4 huruf